Jumat, 21 April 2017

Ini 10 Fakta Tentang Zakir Naik, Ternyata Dia Bukan Orang Sembarangan

SERAMBINEWS.COM - Abdul Karim Naik atau kerap dipanggil Zakir Naik tengah melakukan Safari Dakwah di Indonesia.

Khusus di Makassar Zakir akan tampil Senin 10 April 2017. Pria 52 tahun asal India itu akan berbicara dihadapan sekitar 10 ribu peserta.

Mengapa Zakir Naik begitu diidolakan. Baca fakta-fakta tentangnya berikut ini:

1. Berhenti jadi dokter

Zakir Naik lahir 18 Oktober 1965 awalnya berprofesi sebagai seorang dokter medis.

Ia memperoleh gelar Bachelor of Medicine and Surgery (MBBS) dari Maharashtra, tapi sejak 1991 ia telah menjadi seorang ulama yang terlibat dalam dakwah Islam dan perbandingan agama. Zakir Naik adalah pendiri dan presiden Islamic Research Foundation (IRF), sebuah organisasi nirlaba yang memiliki dan menyiarkan jaringan saluran TV gratis Peace TV dari Mumbai, India.

2. Hapal kitab-kitab

Sebagai seorang penceramah, Dr. Zakir Naik dapat dikatakan sebagai penceramah andal dan jenius. Bertahun-tahun ia telah menghapal isi kitab-kitab agama seluruh dunia, bukan hanya kitab Quran dan hadits-hadits di semua tingkatan, tapi juga Injil dengan beberapa versi, Weda, Tripitaka, dan Bhagavad Gita.

Bukan hanya menghapalnya di luar kepala, Zakir Naik sanggup memahami konsep-konsep yang tertulis dalam kitab-kitab tersebut.

3. Mengidolakan Ahmed Deedat

Zakir Naik sebetulnya mempunyai tokoh yang menjadi inspirasinya sebagai ustad pembanding agama, yakni Ahmad Deedat. Tetapi, tak semacam panutannya, Zakir Naik hampir tak rutin memperoleh izin dari pihak agama lain menyelenggarakan debat terbuka. Sebabnya, Zakir Naik sering dijuluki ‘Ahmed Deedat Plus’ sebab argumentasi-argumentasnya yang kuat tak sedikit membikin pemimpin agama lain merasa ‘ngeri’ berhadapan dengannya.

4. Ceramah Disebar via Video

Meskipun Dr Zakir Naik biasa berbicara kepada ratusan hadirin, bahkan puluhan ribua hadirin, justru rekaman video dan DVD ceramahnya yang banyak didistribusikan. Ceramahnya biasa direkam dalam bahasa Inggris, untuk disiarkan pada akhir pekan di sejumlah jaringan TV kabel di lingkungan Muslim Mumbai dan di saluran Peace TV. Sejumlah video ceramah Dr Zaik Naik juga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

5. Mengislamkan non-Muslim dari belahan dunia

Berkat ceramah dan debat yang disebarkan ke seluruh dunia melewati channel PeaceTV (bisa dilihat di Youtube), dengan penjelasan dan alasan yang masuk akal dan dalil-dalil yang jelas, tak sedikit dari para pendengar non-Muslim akhirnya tergerak hatinya masuk Islam.

6. Pendiri Islamic Research Foundation (IRF)

Selain sebagai dokter medis dan penceramah dunia yang telah sukses menggerakkan hati tak sedikit umat, Zakir Naik juga adalah pendiri organisasi Islamic Research Foundation (IRF). Organisasi ini ialah suatu organisasi nirlaba yang mempunyai hak siar jaringan saluran TV gratis, Peace TV dari Mumbai, India.

7. Penghargaan dari Raja Salman

Ia menerima berbagai penghargaan, seperti Ma’al Hijrah Distinguished Personality Award di Malaysia pada 2013 dan King Faisal International Prize for Service to Islam di Arab Saudi pada 2015.

Hadiah ini merupakan hadiah paling bergengsi di dunia Islam, mirip dengan Hadiah Nobel. Hadiah tersebut terdiri dari sertifikat, 200 gram medali emas 24 karat dan 750.000 riyal Saudi (US $ 200.000). Seluruh hadiah uang disumbangkan oleh Dr Zakir Naik ke Waqf of Peace TV Network.

8. Masuk Peringkat 3 Guru Spiritual Paling Berpengaruh

Dalam terbitan 22 Februari 2009, Indian Express membuat daftar 100 Orang India Paling Berpengaruh. Di antara satu miliar penduduk India, Dr Zakir Naik masuk peringkat 82. Dalam daftar khusus 10 Guru Spiritual Terbaik India, Dr Zakir Naik bertengger di peringkat 3, setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar. Ia merupakan satu-satunya Muslim yang masuk dalam daftar ini. Dan pada tahun 2010, Dr Zakir Naik menduduki peringkat pertama dalam daftar tersebut.

9. Masuk Daftar 100 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia

Dr Zakir Naik masuk dalam daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia yang diterbitkan setiap tahun oleh Georgetown University, Amerika Serikat. Dr Zakir Naik masuk dalam daftar tersebut berturut-turut pada tahun-tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015. Bahkan, Dr Zakir Naik masuk daftar ‘100 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia.

10. Sebut Pelaku Teror 9/11 Orang Dalam

Meskipun banyak warga Eropa dan Amerika kagum terhadap Dr Zakir Naik dan berusaha menghadiri forum-forumnya, ternyata tidak demikian dengan pemerintahnya. Negara Inggris terang-terangan mencekal Dr Zakir Naik. Bahkan Amerika Serikat mengecam Dr Zakir Naik lantaran menyebut pelaku teror 9/11 merupakan orang dalam.

Zakir Naik dalam ceramahnya mengatakan, aksi teror yang terjadi di beberapa negara, seperti Afghanistan dan Pakistan tidak lebih besar dari teror Amerika Serikat yang menginvasi Irak. Bahkan, Dr Zakir Naik menyebut bahwa George W Bush adalah teroris. (Dirangkum dari berbagai sumber)

Rabu, 10 Juli 2013

Catatan Hati Tentang Keadilan

Seorang cendekia, janganlah hanya bangga dengan kepandaianya atau pemikirannya. Orang kaya, janganlah hanya bangga dengan kekayaannya. Orang muslim, janganlah hanya bangga dengan keislamannya. Seorang pemimpin, janganlah hanya bangga dengan kekuasaannya. Seorang ustad, janganlah hanya bangga dengan tausiyah, ayat-ayatnya ataupun dalilnya. Seorang hakim, janganlah hanya bangga dengan jabatannya.
Tapi tidak pernah kembali berintrospeksi pada dirinya sendiri apakah nilai-nilainya sudah sesuai dengan perjuangkannya? Atau hanya berupa omongan, ketetapan ataupun dalil-dalil yang indah kedengaran teorinya tapi kosong realitanya.

Rabu, 09 Februari 2011

Penganggur pangkal MAKSIAT

Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia sangat cukup tinggi dari tahun ke tahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu meningkat tidak pernah mengalami penurunan, dan pada akhirnya masyarakat akan kehilangan kepercayaan secara signifikan terhadap eksistensi lembaga pendidikan jika masalah pengangguran masih terus seperti ini di tahun yang akan datang.

Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan “pendidikan” dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada. Merembaknya isyu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang seperti di negara kita Indonesia. Sementara dampak sosial dari jenis pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek negative dari hal ini salah satunya tingkat kriminalitas juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Mengingat kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada kebijakan sektor pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi dimensional. Fenomena pengangguran sering menyebabkan timbulnya masalah sosial lainnya seperti yang sudah diterangkan di atas. Di samping tentu saja akan menciptakan angka produktivitas sosial yang rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat nantinya.

Pengangguran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya manusia yang tengah dilakukan saat ini. Krisis ekonomi yang kini dihadapi ternyata telah memporakporandakan tatanan kehidupan bangsa.
 
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.
 
Data dari Bappenas menunjukkan pada tahun 1998 penduduk miskin telah mencapai 80 juta orang, yang berarti mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 22,4 juta orang saja. Sedangkan dari Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran pada tahun 1999 sebesar 6,37 juta orang. Yang kemudian di akhir 1999, jumlah pengangguran semakin membengkak, yakni mencapai 14 juta orang dan tenaga kerja setangah menganggur mencapai 35 juta orang itu adalah sebagian contoh prosentase penganguran yang ada di Indonesia secara umum pada tahun 1998 sampai dengan 1999.
 
Jumlah penganggur terdidik di Indonesia setiap tahun terus bertambah, seiring dengan diwisudanya sarjana baru lulusan berbagai perguruan tinggi (PT). Para sarjana pengangguran itu tidak hanya lulusan terbaik PT swasta, tetapi juga PT negeri kenamaan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran pada tahun 2002, sebesar 9,13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar (5,78 juta) adalah pada usia muda (15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Jumlah sarjana (S-1) pada Februari 2007 sebanyak 409.900 orang. Setahun kemudian, tepatnya Februari 2008 jumlah pengangguran terdidik bertambah 216.300 orang atau sekitar 626.200 orang. Jika setiap tahun jumlah kenaikan rata-rata 216.300, pada Februari 2012 terdapat lebih dari 1 juta pengangguran terdidik. Belum ditambah pengangguran lulusan diploma (D-1, D-2, D-3) terus meningkat. Dalam rentang waktu 2007-2010 saja tercatat peningkatan sebanyak 519.900 orang atau naik sekitar 57%.
 
Situasi seperti ini akan sangat berbahaya dan mengancam stabilitas nasional. Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan.
 
Sarjana yang menganggur itu sebagian besar berasal dari jurusan sosial nonkependidikan, agama, dan sebagian lagi jurusan eksak (MIPA). Dari jurusan eksak dan teknik hanya sedikit menyumbang jumlah pengangguran. Itu karena sebagian besar jurusan eksak dan teknik sudah terserap di berbagai industri dan perusahaan BUMN. Fenomena meningkatnya jumlah pengangguran terdidik menimbulkan keprihatinan kita bersama. Selain menunjukkan adanya ketimpangan (mismatch), itu memperlihatkan kegagalan pemerintah dalam menciptakan sistem pendidikan bagi rakyatnya.
 
Jika dikaji dari perspektif sosiologi, meningkatnya pengangguran terdidik jelas membahayakan. Para penganggur itu sangat rentan melakukan tindak kriminalitas. Bahkan dengan kemampuan intelektual yang dimiliki, para sarjana pengangguran itu bisa menciptakan kejahatan baik di dunia nyata maupun dunia maya (internet). Seperti pembobolan bank melalui situsnya, menyebar virus komputer yang mematikan, sampai mengacak-acak data kependudukan.
 
Meledaknya jumlah pengangguran terdidik jauh hari sudah diramalkan pakar pendidikan Ivan Illich (1972). Menurutnya, akan tiba masa pendidikan menjadi tidak berguna dihadapkan dengan kehidupan nyata. Padahal pendidikan sudah terlalu banyak menyerap biaya, tetapi hasilnya kurang optimal. Bahkan, hanya menghasilkan para pemalas yang tidak terampil, yang mengincar pekerjaan formal dan ringan.